Sabtu, 12 Februari 2011

Quality, Clinical Governance and Clinical Outcomes

Perubahan Paradigma dalam Kualitas
Kalau misalnya kalau kita  ingin cari tempat makan, pasti berbagai pertimbangan akan muncul sebelum memutuskan tempat makan yang akan dituju,misalnya tempatnya harus bersih, makanannya enak, pelayanannya cepat, harganya murah, fasilitas wi-fi ada, dsb. Hal ini sama saja dalam pelayanan kesehatan, pasien juga akan memiliki pertimbangan kualitas dalam memilih jasa pelayanan kesehatan yang dia butuhkan. Jadi ada perubahan paradigma dalam kualitas yang mempengaruhi keputusan pasien memilih jasa pelayanan kesehatan yang dia butuhkan, yakni dari service excellent à clinical service excellence à patient safety.
          Service Excellence (keunggulan pelayanan) : dokter yang ramah, pelayanan murah
          Clinical Service Excellence : diagnosis tepat, terapi cocok
          Patient Safety : tidak ada efek samping dari pengobatan/ tindakan.


Ernest Amory Codman (1869-1940) adalah ahli bedah dari Boston yang mengemukakan  End Result Idea – End Result System. Dia melakukan peneitian terhadap kepuasan pasien dengan menggunakan  End Result Cards untuk follow-up outcome bedah dan medis selama minimal 1 tahun. Hasil: Dari 337 pasien yang dipulangkan pada tahun 1911-1916, dideteksi dan dilaporkan 123 errors.Beliau mengemukakan hasil penelitiannya tsb ke dokter bedah lain, dan hal ini membuat beliau didepak dari Harvard, tapi pada akhirnya koleganya menyadari pentingnya outcome dari tindakan bedah. Oleh karena itu beliau akhirnya ditarik kembali dan menjadi ketua asosiasi ahli bedah yang pertama di USA. Semenjak itu beliau giat melakukan penelitian peningkatan kualitas medis.

Oleh karena itu penerapan penelitian outcomes ke praktik dalam pelayanan medis selalu bertujuan untuk menciptakan outcomes yang diinginkan dalam setting klinis yang dianalisis dari tabel berikut:
Proses
Outcome
Intervensi spesifik ke pasien yang dilakukan oleh penyedia pelayanan
Hasil interaksi pasien dengan penyedia pelayanan
Berfokus pada individual pasien
Berfokus pada populasi pasien
Lebih mudah dilakukan, pengumpulan dan analisis data lebih ringan, lebih mudah dipahami
Indikator diskret, berfokus pada pasien sebagai endpoints
Kebutuhan sumber daya tinggi, research-based
Perlu sistem risk-adjustment
Indikator proses
Indikator outcome
Dikelola oleh case manager
Dikelola oleh outcome manager
Untuk memperoleh outcomes yang baik maka kita harus melakukan kontrol terhadap faktor – faktor yang mempengaruhinya yakni:
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Outcomes
          Faktor pasien:
          Fisiologis
          Psikologis
          Sosial
          Spiritual
          Outcomes:
          Fisiologis
          Psikososial
          Fungsional
          Pengetahuan
          Kontrol gejala
          Kepuasan
          Utilisasi sumber daya
          Faktor pelayanan:
          Pengobatan interdisipliner
          Setting fasilitas pelayanan kesehatan
          Proses pelayanan
Perspektif siapa yang kita gunakan untuk menilai suatu kualitas pelayanan medis?
          Professional quality à perspektif yang dipakai oleh tenaga medis terkait diagnosis, terapi, tindakan, bedah, dsb.
          Management quality à perspektif yang dipakai oleh stakeholder penyedia jasa pelayanan kesehatan terkait manajemen pelayanan kesehatan yang diselenggarakan institusi kesehatan.
          Service quality à perspektif yang dipakai oleh pasien terkait proses pelayanan jasa kesehatan yang mereka butuhkan.
Intermezzo:
Akreditasi RS adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada rumah sakit karena telah memenuhi standar yang ditentukan Standar-standar ini terjadi dari elemen struktur, proses dan hasil (outcome).  Struktur adalah fasilitas fisik, organisasi, sumber daya manusia, sistem keuangan, AD/ART, kebijakan, SOP/Protap, program, dsb. Proses adalah semua pelaksanaan operasional dari staf/unit/bagian RS kepada pasien/keluarga/masyarakat pengguna jasa RS tersebut. Hasil (outcome) adalah perubahan status kesehatan pasien, perubahan pengetahuan/pemahaman serta perilaku yang mempengaruhi status kesehatannya di masa depan, dan kepuasan pasien. Hasil biasanya diukur dengan indikator RS atau indikator klinis. Hasil (outcome) berbeda dengan luaran (output), contoh: jumlah pasien operasi yang ada Infeksi Luka Operasi (PILO) dibagi jumlah pasien yang dioperasi (PILO/PO kali 100%). Tentu yang lebih penting adalah hasil/outcome, karena menentukan mutu suatu layanan.
Clinical Governance
Adalah kerangka kerja dimana organisasi –organisasi akuntabel untuk peningkatan kualitas pelayanannya secara terus menerus dan usaha penjagaan standar pelayanan tinggi dengan menciptakan lingkungan dimana pelayanan medis akan berjalan dengan baik (NHS Department of Health, 1998).
Berikut kutipan UUPK (yang harus kita baca dan pahami sebelum terjun ke dunia praktik kedokteran) yang mensyaratkan clinical governance yang baik dalam praktik kedokteran:
=================================================================================
UU No. 29 Tahun 2004 ttg Praktik Kedokteran
Bagian Ketiga : Pemberian Pelayanan
Paragraf 1 : Standar Pelayanan
Pasal 44
1.       Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi.
2.       Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan menurut jenis dan strata sarana pelayanan kesehatan.
Paragraf 6 : Hak dan Kewajiban Dokter atau Dokter Gigi
Pasal 50
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak :
a.       memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;
b.      memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional;
Pasal 51
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban :
a.       memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
b.      merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;
c.       merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;
d.      melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan
e.      menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.
=====================================================================================
Tujuan Clinical Governance
Untuk menjamin akses yang memadai dan kualitas tinggi, pelayanan yang terbaik untuk semua pasien,  serta melindungi pasien dari risiko yang tidak diharapkan
Implementasi Clinical  Governance
§  Standar pelayanan nasional di bidang kesehatan : pedoman klinis berdasarkan bukti.
§  Mekanisme untuk menjaga standar tertinggi pelayanan kesehatan.
§  Sistem efektif untuk memantau implementasi (misalkan indicator klinik dan sistem penilaian panampilan layanan).
4 Pilar Utama Clinical Governance
§  Consumer value
§  Clinical performance and evaluation
§  Clinical risk management
§  Professional development & management
Mengapa perlu mengukur indikator kinerja?
§  Keamanan ?
§  Tanda adanya masalah ?
§  Menilai apakah proses sesuai standar ?
§  Menilai keberhasilan ?
§  Agar tidak melanggar aturan ?
§  Mencari peluang perbaikan ?
§  Menilai apa dampak dari suatu intervensi ?
§  Untuk membandingkan (benchmarking) ?
§  Tiap-tiap indikator mempunyai tujuan
§  To replace intuition by fact
INDIKATOR KLINIS
Merupakan ukuran pelayanan klinis dan merupakan PERTANDA akan masalah yang MUNGKIN terjadi dan peluang perbaikan mutu klinik  yang dapat digunakan sebagai alat untuk membandingkan indikator klinis. Misalkan indicator klinis di rumah sakit : waktu menunggu di IGD (standar = 5 menit).
Tujuan Indikator Klinis 
Dengan adanya penetapan, pengukuran dan analisis maka diaharapakan akan memperbaiki kinerja klinis Institusi Pelayanan Kesehatan.
Macam Indikator Klinis:
1. Sentinnel event indicators
Suatu kejadian atau fenomena yang istimewa, biasanya merupakan kejadian yang tidak dikehendaki dan jarang terjadi, sehingga memicu penyelidikan lebih lanjut . Contoh: Kematian ibu , Bayi/anak terjatuh dari bed , Infeksi nosokomial , Operasi salah sisi .
2. Rate-based indicator: Proportion atau Rate
    Berbeda dengan sentinel event, rate-based indicator menunjukkan proses atau outcome suatu kejadian yang sering terjadi. Contohnya:
        % Pasien yang melahirkan dengan SC dari total persalinan
        % Pasien rawat inap dengan dekubitus dari total pasien yang dirawat inap >5 hari
        % Bayi lahir hidup dengan berat lahir <2500 gr dari seluruh kelahiran hidup
        % Ibu bersalin yang kembali dirawat inap 14 hari setelah persalinan dari seluruh persalinan
Pemilihan Indikator Klinis
          Prioritas tinggi
          Sederhana
          Mulai dengan sedikit indikator
          Data tersedia
          Ditingkatkan secara bertahap
          Dampak terhadap pengguna dan pelayanan
          Mengukur berbagai dimensi mutu
Jenis Indikator Klinis
Tingkat RS
Tingkat Pelayanan
§  Infeksi nosokomial
§  Dekubitus
§  Penggunaan antibiotik
§  Dehisensi
§  Readmisi
§  SC dari total persalinan
§  Kelengkapan imunisasi pada bayi yang memeriksakan ke unit pediatri
§  Breast feeding at discharge

Guide to Inpatient Quality Indicators
o   Vulume: proxy, indirect measures of Quality
o   Mortalitas prosedur tertentu: prosedur yang bervariasi
o   Mortalitas kondisi tertentu: kondisi yang bervariasi
o   Penggunaan pelayanan: indikasi overuse, underuse, misuse
Contoh Indikator Klinik  (di rumah sakit):
  1. Luka tusuk atau luka iris yang tidak disengaja
  2. Komplikasi akibat anestesi
  3. Kematian pada diagnosis yang angka kematiannya rendah
  4. Dekubitus 
  5. Benda asing tertinggal dalam tubuh pasca tindakan medik/bedah 
  6. Perdarahan atau hematom pasca operasi
  7. Fraktur tulang panggul pasca operasi
  8. Gangguan fisiologis dan metabolik pasca operasi
  9. Emboli paru pasca operasi atau trombosis vena
  10. Sepsis pasca operasi
  11. Dehisensi luka pasca operasi
  12. Infeksi akibat tindakan medik
  13. Reaksi transfusi
  14. Trauma saat lahir
  15. Trauma obstetrik pasca operasi Cesar
  16. Trauma obstetrik pasca persalinan dengan instrumen
  17. Trauma obstetrik pasca persalinan tanpa instrument
Indikator mutu rumah sakit ini akan mencerminkan mutu pelayanan dari rumah sakit tersebut. Fungsi dari penetapan indikator tersebut antara lain sebagai alat untuk melaksanakan manajemen kontrol dan alat untuk mendukung pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan kegiatan untuk masa yang akan datang.
Jenis Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit
I.     Indikator Pelayanan Non Bedah, terdiri dari
a)      Angka Pasien dengan Dekubitus.
b)      Angka Kejadian Infeksi dengan jarum infus.
c)       Angka Kejadian penyulit/infeksi karena Transfusi Darah.
d)      Angka Ketidak Lengkapan Catatan Medis.
e)      Angka Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat Darurat.
II.   Indikator Pelayanan, yang terdiri dari
a)      Angka Infeksi Luka Operasi.
b)      Angka Komplikasi Pasca Bedah.
c)       Waktu tunggu sebelum operasi  effektif.
d)      Angka Appendik normal.
III.Indikator Ibu Bersalin dan Bayi, terdiri dari
a)      Angka Kematian Ibu karena Eklampsia Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan.
b)      Angka Kematian Ibu karena Perdarahan Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan.
c)       Angka Kematian Ibu karena Sepsis Kasus Rujukan dan bukan Rujukan.
d)      Angka Kematian Bayi dengan BB Lahir <= 2000 gram Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan.
IV.  Indikator tambahan
a)      Angka Kematian di IGD (IGD).
b)      Angka Perawatan Ulang (Rekam Medis).
c)       Angka Infeksi RS.
d)      Reject Analisis (Radiologi).
e)      Angka Ketidaksesuaian Penulisan Diet (Gizi).
f)       Angka Keterlambatan waktu pemberian makan (Gizi).
g)      Angka Kesalahan Pembacaan Hasil (laboratorium).
h)      Angka Waktu Penyelesain Resep (Farmasi).
i)        Angka Kesalahan Pemberian Obat (Farmasi).
j)         Angka Banyaknya Resep yang Tidak Terlayani (Farmasi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar