Kamis, 10 Februari 2011

Surveilans

Definisi Surveilans
Surveilans adalah  pengumpulan, analisis, dan interpretasi data terkait kesehatan yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk digunakan dalam pencegahan penyakit (mengurangi morbiditas dan mortalitas) dan memperbaiki masalah kesehatan lainnya. Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada agen, vektor, dan reservoir. Selanjutnya surveilans menghubungkan informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit. Surveilans harus cukup akurat dengan analisis data yang lengkap. Surveilans kesehatan masyarakat merupakan instrumen penting untuk mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera ketika penyakit mulai menyebar. Informasi dari surveilans juga penting bagi kementerian kesehatan, kementerian keuangan, dan donor/stakeholder, untuk memonitor sejauh mana populasi telah terlayani dengan baik. Surveilans berbeda dengan pemantauan (monitoring) biasa. Surveilans dilakukan secara terus menerus tanpa terputus (kontinu), sedang pemantauan dilakukan intermiten atau episodik. Dengan mengamati secara terus-menerus dan sistematis maka perubahan-perubahan kecenderungan penyakit dan faktor yang mempengaruhinya dapat diamati atau diantisipasi, sehingga dapat dilakukan langkah-langkah investigasi dan pengendalian penyakit dengan tepat.
Lingkar Informasi
Sistem surveilans merupakan sebuah lingkar informasi yang melibatkan penyedia pelayanan kesehatan, dinas kesehatan masyarakat, dan masyarakat itu sendiri.

Istilah dalam Surveilans
·         Universal case reporting – sistem surveilans dimana semua kasus penyakit harus dilaporkan.
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya. Banyak program surveilans penyakit vertikal yang berlangsung paralel antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk sumberdaya masingmasing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi.
·         Sentinel surveillance – sistem surveilans dimana laporan didapat dari populasi atau fasilitas tertentu karena jumlah kasusnya sangata kecil dan jarang terjadi.
·         Laboratory-based reporting – sistem surveilans dimana laporan didapat dari laboratorium klinik bukan dari praktisi pelayanan tenaga kesehatan atau rumah sakit.
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor penyakit infeksi. Contohnya, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik.
·         Passive surveillance – sistem surveilans dimana laporan didapat tanpa permohonan,intervensi, atau kontak oleh dinas kesehatan yang melakukan surveilans. Dinas lain mengawali pelaporan.
Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan surveilans pasif, relatif murah dan mudah untuk dilakukan. Negara-negara anggota WHO diwajibkan melaporkan sejumlah penyakit infeksi yang harus dilaporkan, sehingga dengan surveilans pasif dapat dilakukan analisis perbandingan penyakit internasional. Kekurangan surveilans pasif adalah kurang sensitif dalam mendeteksi kecenderungan penyakit. Data yang dihasilkan cenderung under-reported, karena tidak semua kasus datang ke fasilitas pelayanan kesehatan formal. Selain itu, tingkat pelaporan dan kelengkapan laporan biasanya rendah, karena waktu petugas terbagi dengan tanggungjawab utama memberikan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan masing-masing. Untuk mengatasi problem tersebut, instrumen pelaporan perlu dibuat sederhana dan ringkas.
·         Active surveillance – organisasi menginisiasi prosedur surveilans untuk mendapatkan laporan.
Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans untuk kunjungan berkala ke lapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian, disebut penemuan kasus (case finding), dan konfirmasi laporan kasus indeks. Kelebihan surveilans aktif, lebih akurat daripada surveilans pasif, sebab dilakukan oleh petugas yang memang dipekerjakan untuk menjalankan tanggungjawab itu. Selain itu, surveilans aktif dapat mengidentifikasi outbreak lokal. Kelemahan surveilans aktif, lebih mahal dan lebih sulit untuk dilakukan daripada surveilans pasif.
Sumber Data

·         Laporan mortalitas
·         Laporan morbiditas
·         Laporan investigasi kasus individual
·         Laporan penggunaan laboratorium (termasuk hasil uji laboratorium)
·         Survey khusus (cth: opname , pencatatan penyakit, dan survey serologis)
·         Informasi vector dan sumber penyakit dari hewan
·         Data demografis
·         Data lingkungan

Masalahnya adalah data banyak tapi informasi sedikit (kurang tertata dan dikelola) seperti rekam medis.

Manfaat dan Penggunaan Surveilans
·         Memperkirakan besar pengaruh program.
Contoh penggunaan surveilans untuk memonitor performa dan efektivitas program pengendalian TB. Perhatikan, dengan statistik deskriptif sederhana surveilans mampu memberikan informasi tentang kinerja program TB yang meningkat dari tahun ke tahun, baik jumlah kasus TB yang dideteksi, ketuntasan pengobatan kasus, maupun kesembuhan kasus. Perhatikan pula peran penting data time-series dalam analisis data surveilans yang dikumpulkan dari waktu ke waktu dengan interval sama.
·         Menentukan distribusi geografis penyakit.
·         Menggambarkan riwayat perjalanan penyakit.
·         Mendeteksi epidemik / menentukan suatu problem.
·         Menciptakan hipotesis dan menstimulasi penelitian.
·         Mengevaluasi tindakan control.
·         Memantau perubahan pada agen infeksi.
·         Mendeteksi perubahan pada pelayanan kesehatan.
·         Memfasilitasi perencanaan.

Diseminasi Informasi
Hasil dari kegiatan surveilans dapat berupa informasi yang dapat digunakan untuk menilai status kesehatan masyarakat, identifikasi prioritas kesehatan masyarakat evaluasi program dan riset stimulasi. Untuk menghasilkan informasi yang akurat diperlukan data yang akurat pula. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber dan berbagai cara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar